Photo by Ignacio F. on Unsplash |
Pertama gue ngga begitu feel intimidated, cuma agak beban aja ketika @maracacoffee lagi giat-giatnya campaign less waste; gue malah titip cilok ke OB kantor, atau sekadar gojek apapun itu. Tapi makin kesini kok ya makin terintimidasi ketika gue ngga bisa nolak sedotan yang dikasi --karena ndak enak hati, ataupun masih sering lupa bawa tas belanja. Pun gue merasa agak jumawa ketika gue menyodorkan tempat bekel ke Abang nasi kuning, tapi kok ya tetep softex-an dan tissu-an.
Mungkin karena kebiasaan pake plastik sejak dulu kala, jadi syok ketika ada campaign less waste yang ternyata banyak membawa perubahan diri dan lingkungan. Kayak 17 Agustus mendatang, Kami dan teman-teman lagi bikin acara 17-an di gang depan rumah. Udah pastilah, bakal banyak sampah; dulu yang dipikir cuma acara biar berlangsung seru. Sekarang jadi mikir, perlu ngga sih gini-ginian cuma banyakin sampah aja; tapi di lain sisi, Kami seru banget jadi EO dari mulai bikin iuran alias patungan berapa per anak, bikin undangan (yang isinya cuma: "Datang ya 17 Agustus, Keira..", tanpa ada tempat dan waktu, hahahahah! Bocah!), beri peralatan (udah jelas jadi sampah : bendera plastik, tali, sedotan, dll dsb). Apakah keseruan itu layak ditukar dengan sisa sampahnya? Hmm, untuk saat ini kupikir iyalah, sepadan, tinggal nanti pas hari H dikasi tau kalau ini yang akan jadi sampah, ini yang bisa didaur ulang, dan ini yang organik, dll dsb. Jadi mulai sekarang aku bertekad untuk bertindak less waste sebisanya aja, ndak usah maksain, hihi :D Kalau mengutip IGS-nya Icha, jadikan journey aja. Toh, prioritas orang 'kan berbeda, ya gaaak?
Tapi gue tetap senang dan takjub, campaign less waste ini menjalar cepat dan bikin sadar, betapa kita sudah merusak bumi bertahun-tahun lamanya~
Sekian random-an hari ini ;D